![]() |
Curug Siliwangi |
Bermain-main ke lokasi wisata Gunung Puntang memang sudah sering saya lakukan sejak jaman SMP dan SMA. Mulai dari kegiatan aktivitas di alam, outbond, mengunjungi Goa Belanda, atau bermain di sungai. Saya memang pernah mendengar tentang keberadaan Curug Siliwangi yang dapat dijangkau dari lokasi wisata ini. Jarak yang cukup jauh dan medan yang katanya sulit membuat saya tidak pernah kesampaian untuk pergi ke sana.
Bulan lalu, akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk pergi ke sana. Sebelumnya saya memang belum pernah naik gunung, jadi belum ada pengalaman sama sekali melakukan tracking. Kalau pun pernah kecil-kecilan, itu adalah saat pergi ke Curug Cimahi ataupun ke Teluk Hijau Banyuwangi. Itu pun jaraknya cukup dekat dan dengan mode 'casual' juga bisa. Berhubung teman-teman saya yang jadi kali ini pecinta alam sejati, jadilah berbagai spek harus disiapkan. Walaupun pada akhirnya, saya bandel pakai sepatu yang licin karena nggak punya sepatu gunung.
Saya dan teman-teman tiba di lokasi wisata Gunung Puntang pada pagi hari. Lokasi wisata Gunung Puntang terletak di Desa Cimaung, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Dapat ditempuh dari Kota Bandung sekitar 2 jam atau 30 menit dari rumah saya, hehehe. Kalau mau naik kendaraan umum, dari Tegalega naik angkot jurusan Tegalega-Banjaran dan turun di Banjaran. Dari sana, naik angkot ke arah Cimaung dan minta antar saja sampai pintu gerbang wisata Gunung Puntang.
![]() |
Jarak tempuh menuju Curug Siliwangi. |
Setelah pemanasan dan berdoa, kami memulai perjalanan. Sesungguhnya di lokasi wisata ini tidak banyak tanda petunjuk arah. Jadi untuk yang baru pertama kali, pasti agak bingung harus memulai dari mana. Di awal jalur tracking, terdapat papan petunjuk ke Curug Siliwangi yang berjarak kurang lebih 3,5 km. Pada bagian awal perjalanan, kami sudah harus melalui jalan yang sedikit menanjak, melewati semak-semak dan pepohonan tinggi. Hutan di sini cukup lembab dan selalu hujan. Tekstur tanah dan bebatuan menjadi basah hingga membuat kami harus berjalan hati-hati. Jalan setapak menuju curug siliwangi untungnya cukup jelas pada saat itu, terlebih ada teman saya yang sudah sering ke sini hingga kami tak perlu kebingungan lagi menentukan jalur. Beberapa kali kami sempat berpapasan dengan orang lain dalam perjalanan pulang mereka.
Baru awal-awal perjalanan saya sudah merasa capek. Rasanya malu mengingat diri ini yang jarang olahraga, terlebih beberapa bulan terakhir kurang gerak karena menghabiskan waktu di rumah. Jadilah saya bertekad menjadikan 'bakar lemak' sebagai misi tersembunyi pada jalan-jalan hari itu. Sesekali kami beristirahat. Teman saya memberikan tips bahwa kuncinya adalah tidak perlu jalan terburu-buru dan mengatur nafas dengan baik. Mirip-mirip jogging lah ya.
![]() |
Salah satu aliran sungai yang harus kami lewati. |
Sesungguhnya sepertiga perjalanan awal tadi, bukanlah apa-apa. Ibarat pemanasan saja. Medan mulai terlihat tidak bersahabat, setidaknya bila berpikir bahwa ini hanya sekedar 'jalan-jalan'. Kami harus melewati sungai yang arusnya cukup deras mengingat saat itu sedang musim hujan. Kami mencopot sepatu karena tidak mau basah, meskipun baru 3 detik saja mencelupkan kaki ke air sungai, rasanya darah di kaki sudah mau membeku. Benar-benar dingin tak tertahan. Agak sulit mencari pijakan yang aman dan tidak licin mengingat arusnya cukup deras untuk membuat kami hanyut terbawanya. Ternyata kami harus beberapa kali melewati sungai tersebut dalam perjalanan ini. Ada sungai yang cukup dalam dan membuat celana saya basah sampai ke paha. Sedihnya jadi orang pendek.
Selain sungai yang deras, medan yang kami lalui juga cukup berat dengan melewati jalur yang tertutupi pohon yang tumbang ataupun jalur yang rusak akibat longsor. Pendakian semakin terasa semakin berat dan membuat betis ini rasanya kencang. Bahkan sesekali, kami harus menggunakan tangan untuk mendaki jalan yang curam, yang entah bagaimana terbayang sulitnya saat turun nanti. Dua pertiga perjalanan akhir menuju curug benar-benar menguji saya sebagai pemula untuk menggunakan insting bertahan di alam.
Perjalanan yang melelahkan selama 2 jam itu terbayar sudah ketika kami akhirnya melihat air yang jatuh dari tebing yang tinggi itu. Setelah meletakkan barang-barang di tempat yang kami jadikan tempat istirahat tak jauh dari curug, secara bergantian kami bermain ke curug sembari ada yang memasak air untuk ngahaneutan.
![]() |
Akhirnya sampai, yeay! |
Curugnya benar-benar tinggi sekali, mungkin curug tertinggi yang pernah aku lihat. Untuk melihat hulunya saja, leherku sampai pegal mendongkak. Curug Siliwangi memiliki ketinggian 100 m dan terletak pada 1.290 mdpl. Agak beda sih dengan yang di papan petunjuk, sepertinya itu terlalu berlebihan. Curug ini dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi dan pepohonan. Curug ini memiliki kolam di bawahnya dan sedikit undakan sebelum akhirnya menjadi sungai deras yang kami lalui tadi. Melihatnya dari jauh saja sebenarnya saya sudah merasa cukup, karena untuk menjangkau kolamnya harus naik ke bebatuan yang terjal. Karena dibujuk dan rasanya menyesal sudah jauh-jauh kesini tapi tidak melihat dari dekat, akhirnya saya memanjat bebatuan terjal tersebut. Literally memanjat, mencari celah-celah di batu, dengan langkah yang panjang. Lagi-lagi saya sedih karena saya pendek.
Sesampainya di atas, saya langsung bisa merasakan percikan air yang jatuh meski jaraknya cukup jauh. Tak heran karena curugnya begitu tinggi. Namun, rasanya benar-benar puas melihat pemandangan curug yang ada, berhiaskan langit dan gunung. Saya menjadi mengerti bagaimana perasaan para pendaki gunung dan traveler lainnya yang harus bersusah payah melewati medan sulit, namun akhirnya terbayarkan ketika sudah sampai puncak atau tujuan.
![]() |
Tinggi banget curugnya. |
Setelah istirahat dan makan siang, kami kembali pulang. Sayangnya di perjalanan pulang, hujan turun dengan sangat deras membuat gunung terlihat tidak bersahabat. Kami tetap melanjutkan perjalanan dengan memakai jas hujan. Jalanan menjadi semakin berair dan licin, serta sungai pun semakin deras. Saya semakin hati-hati melangkah, terlebih perjalanan turun selalu lebih rawan terjatuh. Tak perlu malu lagi untuk menggunakan tangan saat turunan, jika takut terpeleset. Pernah ketika aku hampir terpeleset, aku tak sengaja menyentuh tanaman di sisi jalan yang ternyata orang menyebutnya sebagai 'jancuk'. Sekarang aku mengerti kenapa namanya kasar begitu karena tanaman itu memiliki duri yang meskipun tidak akan menusuk terlalu dalam, namun apabila terkena, ia akan mengeluarkan zat yang dapat membuat kita merasa tersengat. Sakitnyooo...
Hujan reda dan akhirnya kami tiba di bawah, di lokasi wisata Gunung Puntang. Sebelum pulang, kami beristirahat terlebih dahulu di warung sembari sholat dan mengeringkan pakaian yang basah. Satu petualangan yang sangat berkesan bagi saya. Untuk pertama kalinya, saya merasakan benar-benar bagaimana menggunakan insting di alam liar. Btw, saya dipuji lho karena nggak jatuh sebagai pemula. Hehehe, jadi nagih nih buat jalan-jalan lagi seperti ini. See you on next adventure!
0 comments:
Post a Comment