Wednesday, 17 September 2014

Adegan pada film Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno.
Yup, akhirnya berhasil juga dapat kesempatan untuk nonton film Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno. Berhubung masih baru minggu lalu tayang di Indonesia dan kebetulan lagi ada promo nonton murah di blitzmegaplex, berangkatlah sudah.

Siapa sih yang nggak tahu Kenshin? Mungkin, generasi kelahiran tahun 90-an sudah familiar dengan kartun Samurai X yang tayang di TV7 ketika masih kecil dahulu (Hiks, lagi-lagi jadi rindu tayangan kartun di stasiun TV tersebut). Atau mungkin sudah baca komiknya (jadi inget sohib aku di SD yang sampai koleksi semua komiknya), atau sudah nonton animenya dari hasil download. Atau mungkin sudah nonton film live-action yang pertama yaitu Rurouni Kenshin.

Bagi yang belum sama sekali, sebenarnya agak ragu kalau kalian bisa mengikuti jalan cerita di film ini dengan baik. Belum sempat bertanya sih, tapi aku sendiri yang sudah nonton anime series-nya merasa alur cerita di film ini bergerak terlalu cepat. Tentunya ada banyak bagian cerita di anime yang dipotong karena nggak mungkin durasi filmnya sampai berjam-jam. Sayangnya pemotongan ini agak terlalu kasar dan membuat alur terlalu loncat-loncat.

Film ini menceritakan usaha Kenshin Himura dalam menghentikan kejahatan Makoto Shishio, penerus Hitokiri Battousai, yang ingin menggulingkan pemerintahan di era baru. Untuk melakukan hal tersebut, Kenshin yang telah berjanji tidak akan membunuh lagi harus kembali ke Kyoto, tempat masa lalunya yang kelam ketika masih menjadi Hitokiri Battousai (Battousai The Manslayer).

Meninggalkan teman-temannya di Tokyo, bekerja sama dengan Saito, bertemu dengan grup ninja Oniwaban, belum lagi masalahnya dengan Aoshi, serta harus berhadapan dengan Shishio dan Juppongatana-nya (Ten Sword Group), membuat kisah "Kenshin vs Shishio" begitu kompleks dan menjadi bagian terfavoritku pada anime Rurouni Kenshin. Lagi-lagi sayangnya, tidak mungkin satu film bisa merepresentasikan keseluruhan kisah. Bahkan di film ini perseteruan keduanya masih bersambung ke film selanjutnya.

Mungkin wajar ya, orang-orang sering membandingkan sebuah film dengan buku atau series aslinya, dan kebanyakan hasilnya kecewa. Bagian cerita yang paling mengharukan dan menyedihkan di animenya yaitu ketika Kenshin meninggalkan Kaoru untuk pergi ke Kyoto, justru biasa saja di filmnya. Hiks, padahal itu sedih banget harusnya :'(

Selain soal alur yang terlalu cepat tadi, pada film live-action ini juga terdapat beberapa adegan yang tidak ada di animenya (kalau aku tidak salah lihat). Salah satunya yaitu ketika tiba-tiba Kaoru diculik Soujiro di tengah keributan di Kyoto dan kemudian ia terjatuh dari kapal. Kenshin yang berusaha menolongnya malah tersapu ombak, terdampar di pinggir pantai, dan ditolong oleh gurunya. Masih misterius dan menunggu lanjutan filmnya.

Oke, taraaa.. maaf kalau jadi kepanjangan tulisannya, tapi kali ini mau nge-review soal pemeran tokoh-tokoh di film live-action ini. Tokoh paling cool tetap Kenshin yang diperankan oleh Takeru Satoh, terutama pada posenya yang lagi berantem. Kemudian muncul, tokoh cute lainnya yaitu Soujiro yang diperankan oleh Ryunosuke Kamiki. Adegan ketika keduanya berduel menjadi adegan singkat yang super keren, mwehehe.

By the way, ketika saat nonton kemarin, sejujurnya aku sangat terganggu dengan subtitle yang ada. Di layar ada 2 subtitle, bahasa inggris dan bahasa indonesia. Saranku, lebih baik baca yang bahasa inggris saja karena terjemahan subtitle bahasa indonesianya sangat aneh alias abal-abal. Bahkan satu ruangan bioskop menertawakan hal tersebut. Haduh, gimana sih ini penerjemahnya.

Overall, film ini sebenarnya menarik untuk ditonton untuk para penyuka anime, penyuka jepang-jepangan, ataupun film action. Efeknya jauh lebih keren dibanding film pertama dan aku akan berkata 'wow'. Terkadang tegang, terkadang terpesona, kadang pula seisi bioskop tertawa melihat tingkah laku tokoh. Gak sabar deh nonton lanjutannya, Rurouni Kenshin: The Legend Ends.


0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer