Dibuat bersama dengan Rifqi Syahrial & Ririn Restu Adiati dan dimuat pada Majalah Boulevard ITB #68 Desember 2010.
Memasuki masa kepengurusan rektor 2010-2014, ITB melakukan sejumlah pembenahan sistem internal. Sejumlah narasumber dari pihak rektorat menyebutkan perubahan ini dilakukan sebagai upaya untuk ‘benar-benar’ menjadi Universitas Kelas Dunia. Berkonsultasi dengan badan akuntan independen, ITB memutuskan untuk memperbarui sistem parkir kampus agar menjadi lebih professional dan akuntabel.
![]() |
Parkiran Baru ITB |
Beberapa bulan terakhir ini berbagai isu di dalam kampus bermunculan, salah satu diantaranya menyebutkan bahwa sistem parkir di ITB akan diterapkan seperti di mall, yakni dengan sistem pembayaran per jam. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya kabar bahwa ITB telah melakukan lelang, dan pemenang lelang tersebut berasal dari pihak swasta.
Wedyanto, Direktur Sarana dan Prasarana (SP) ITB, membenarkan adanya kabar ITB membuka lelang lahan parkir. Namun, dirinya enggan berkomentar lebih jauh. Menurutnya, wewenang untuk memberikan keterangan mengenai hal ini ada pada UPT Logistik.
Direktur UPT Logistik ITB, Muhammad Abduh, yang ditemui Boulevard secara terpisah menyebutkan, tujuan dari pelelangan lahan parkir adalah karena ITB ingin menyediakan layanan tempat parkir yang baik. Dari segi sarana yang disediakan diharapkan sistem parkir ITB menjadi lebih berteknologi sehingga keluar masuk kendaraan dapat dipantau setiap harinya.
“Ya harus pake teknologi tinggi,lah. ITB masa pakai kertas dirobek gitu.”
Masih menurut Abduh, dengan perubahan pengelolaan ini uang yang masuk ke ITB dapat dilihat dengan jelas asalnya dari mana dan digunakan untuk tujuan apa. Disinggung mengenai isu kenaikan tarif, Abduh membantah. Menurutnya, pemenang tender sudah menetapkan tarif parkir karena hal tersebut masuk dalam salah satu point penilaian pemenang lelang.
“Tidak ada perubahan tarif, untuk motor seribu rupiah dan untuk mobil dua ribu rupiah.”
Hal senada diungkapkan Wedyanto. Bukan hanya kepastian mengenai tarif, Wedyanto juga menambahkan bahwa pengelola baru, yaitu ISS-Jakarta, menjanjikan adanya asuransi bagi kendaraan yang diparkir. “Nggak ada perubahan untuk tarif parkir. Janji. Malah ada asuransinya. Kalau ada perubahan tarif nanti harus lapor ke Bu Ira, ke WRSO. Tapi janjinya dengan pemenang tidak ada penambahan (tarif,-red.) kok.”
Perubahan pengelolaan ini ternyata bukan hanya ditujukan untuk keperluan akuntabilitas keuangan dan system keamanan. Kerjasama dengan pihak swasta ini membuat ITB tidak perlu menggelontorkan sejumlah dana untuk mendanai pengembangan tempat parkir. ITB menerapkan sistem kerja sama BOT (Built Operate Transfer) bagi pihak yang menjadi pemenang lelang.
Dengan system BOT, ITB dapat mengembangkan infrastruktur tanpa mengeluarkan dana dari kas. Setelah jangka waktu yang ditentukan, dalam hal ini lima tahun, ITB dapat mengambil alih kembali sistem dan infrastruktur yang telah dijalankan. “Kan sistem itu harus diinvest, kita istilahnya nggak mau keluar uang, caranya gimana, ya sudahlah silahkan dikelola (oleh pihak luar,-red.), pake sistemnya BOT,” ungkap Abduh.
Box Otomatis Keluarga Baru ITB
![]() |
Mesin Karcis Otomatis. |
Lelang lahan parkir yang diadakan ITB pada bulan Juli lalu memunculkan Integrated Service Solution (ISS) sebagai pemenang. Perusahaan multi jasa ini memiliki jaringan internasional. Bergerak di bawah perusahaan asal Denmark, untuk wilayah Indonesia ISS dipimpin oleh Hotman Simanjuntak sebagai Chief Executive Officer (CEO).
Manajer Car Park Control ISS untuk ITB, Muhamad Rahmat menuturkan, jasa parkir yang mulai digeluti pada Februari 2009 ini merupakan bidang yang terbilang baru bagi ISS. Sebelumnya, perusahaan ini lebih banyak bergerak di bidang Cleaning Service. Selain jasa cleaning, ISS juga memiliki beberapa divisi lain, diantaranya access control, office support, dan catering service.
Untuk area Bandung, nama ISS sebagai pengelola parkir sudah cukup dikenal. Setidaknya 30 instansi di kota Bandung telah menyerahkan pengelolaan lahan parkirnya kepada perusahaan ini. Tengok saja Rumah Sakit Borromeus atau Cihampelas Walk. Ketika akan memasuki lahan parkirnya, tulisan ISS dicetak dengan cat warna putih akan terlihat jelas pada palang otomatis atau kotak mesin pencetak karcis.
Kini, tak perlu jauh-jauh menuju Borromeus untuk menemukan palang otomatis bertuliskan ISS. Mahasiswa ITB hanya perlu berjalan ke salah satu gerbang Kampus Ganesha. Disanalah box dan palang otomatis yang didominasi warna biru itu juga dapat ditemukan.
Serangkaian sistem parkir yang disuguhkan ISS memang terdiri dari palang otomatis yang mengatur arus masuk dan keluar kendaraan motor/ mobil serta box berisi perlengkapan kasir. Seluruh sistem direncanakan sudah dapat beroperasi dengan sempurna sejak bulan Desember ini.
“Minggu ini (26 Desember-red.) semua sudah live system. Kecuali akses pegawai, semua sih sudah,” Rahmat memaparkan.
Selain mengandalkan ‘mesin’, dalam mengawasi lahan parkir dan akses masuk karyawan ITB, ungkap Rahmat, ISS juga akan memperoleh bantuan dari petugas keamanan ITB.
“Petugas yang ada di pintu masuk nanti didampingi security. Jadi kita bisa diberi tahu security itu yang boleh masuk atau tidak.”
Adanya pergantian sistem parkir memang paling terlihat pada bagian ‘penjaga’. Dulu lahan parkir ITB dijaga oleh beberapa petugas yang berinteraksi langsung menyerahkan karcis dan menerima uang. Kini mahasiswa hanya akan bertatapan dengan box biru pencetak karcis dan palang yang membuka dan menutup secara otomatis. Kehadiran box bermesin ini ternyata cukup menimbulkan kekhawatiran di kalangan mahasiswa.
Banyak yang beranggapan sistem penjagaan baru ini akan lebih lemah dari penjagaan konvensional karena mesin tidak dapat mengenali mahasiswa atau bukan, berikut pemilik kendaraan atau bukan.
Menanggapi isu ini, Rahmat berkomentar singkat,” Sejak hand over (Serah terima,-red.) kita tidak diharuskan membedakan mahasiswa atau bukan. Tidak diperbolehkan umum masuk ITB, tidak ada info seperti itu. jadi intinya, yang masuk ke ITB, mahasiswa atau bukan, kami menganggapnya itu masuk ke ITB.”
0 comments:
Post a Comment