![]() |
Pantai Sawarna yang kami tuju. |
Ini adalah perjalanan touring dengan motor selama 3 hari 2 malam. Sebenarnya perjalanan ini sudah terjadi sekitar hampir 2 tahun yang lalu, tepatnya bulan November 2012, namun baru kali ini aku menuliskannya. Berangkat dari Bandung menuju Pantai Sawarna, Bayah - Banten dengan jarak sekitar 220 km. Kami serombongan berjumlah 15 orang, 10 laki-laki dan 5 perempuan, berangkat di pagi hari dari kampus menggunakan 9 motor. Untuk rute pergi, kami memutuskan untuk memutar melalui Waduk Saguling, Cililin. Jalur memutar ini cukup jauh dan di awal perjalanan kami sudah harus mengahadapi medan yang tak ramah, jalan rusak dan curam. Bahkan beberapa korban berjatuhan karena motor tidak kuat menanjak, Stephen - Silmi dan Tommy. Maklum, jalur yang dilalui ini adalah jalan kampung dan sepi. Oh iya, pada perjalanan hari itu, aku dibonceng oleh Ocho yang menjadi leader rombongan. Aku sendiri bertugas untuk membantu memantau GPS dan memastikan rombongan yang dibelakang tidak tertinggal.
![]() |
Di kawasan Waduk Saguling. |
Dari Waduk Saguling, kami kembali ke jalur lintas kota dan ishoma sebentar di daerah Cianjur. Ada hal yang menarik ketika kami makan di sebuah warung nasi padang. Aku lupa tepatnya siapa, tapi salah satu dari kami ada yang terkena 'jackpot' yaitu istilah yang kami gunakan ketika seseorang membayar makanannya dengan harga yang tidak wajar, bahkan jika dibandingkan dengan yang lainnya. Salah satu tips yang sangat penting ketika kita akan makan di dalam sebuah perjalanan adalah "tanyakan terlebih dahulu harga makanan sebelum memesannya", jangan sampai terkejut ketika akan membayarnya.
![]() |
Perjalanan menuju Sawarna. |
Perjalanan berlanjut ke daerah Sukabumi dan kemudian kami tiba di Pelabuhan Ratu saat hari sudah mulai gelap. Sembari kami sholat Maghrib di mushola SPBU, sebagian dari kami survey mencari penginapan untuk kami bermalam. Ketika itu seorang teman saya, Yudha, datang menyusul dari Bandung bersama dengan pacarnya, sehingga kami ber-tujuh-belas sekarang. Akhirnya kami mendapatkan penginapan murah yang cukup remang-remang dan kotor. Ya, mau berharap apa sih dari penginapan murah, as long as it's safe, no problem. Setelah itu kami makan malam di tenda pinggir jalan dan beristirahat.
![]() |
Pantai Karang Hawu dari atas bukit. |
Di pagi hari, setelah sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke Sawarna. Kami menyisir jalan sepanjangan Pantai Pelabuhan Ratu hingga Karang Hawu. Ku pikir, ketika sudah sampai sini, rute yang akan kami lalui aman-aman saja, ternyata tidak. Dari Karang Hawu, tiba-tiba saja kami harus melewati jalan menanjak dan menurun. Kami harus menghadapi gunung terlebih dahulu sebelum bisa mencapai Sawarna. Ketika di puncak, Pantai Karang Hawu terlihat begitu indah dengan pantulan matahari pagi. Kami berhenti sebentar untuk mengabadikannya. Pada awalnya, jalan yang kami lalui masih mulus-mulus saja, namun ketika sudah berbelok memasuki jalan kecil menuju Sawarna, semuanya berubah. Lagi-lagi kami harus menghadapi medan yang berbahaya.
Rasanya aku menahan nafas karena harus berhadapan dengan tanjakan lagi dan lagi. Parahnya lagi, banyak sekali turunan yang curam dan tikungan tajam dengan kondisi jalan yang rusak. Aku tak bisa membayangkan bagaimana kami akan melewatinya ketika pulang. Belum selesai aku membayangkannya, korban kembali berjatuhan, lagi-lagi Stephen dan Silmi. Kali ini cukup serius, hingga kaki Stephen dan tangan Silmi berdarah. Kondisi motor Stephen baret parah akibat terjatuh tadi. Kami memutuskan beristirahat di warung warga sambil mengobati luka mereka. Setelah kondisi sudah tenang, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini posisi diubah, Silmi menggantikan posisiku dibonceng Ocho, Stephen yang luka dibonceng oleh Pras, dan aku dibonceng oleh Jamet.
![]() |
Jembatan gantung menuju Pantai Sawarna. |
Aku tak tahu butuh berapa lama lagi sampai ke Sawarna karena dari tadi tak terlihat sedikitpun pantai, tapi GPS-ku mengarah ke sini. Akhirnya kami menemukan keramaian, penuh dengan kendaraan dan banyak orang. Ternyata untuk mencapai Sawarna, kami harus melewati sebuah jembatan gantung kayu yang sempit. Hanya kendaraan roda dua yang dapat melewatinya, sementara mobil harus parkir di sekitar sana. Kami yang dibonceng turun dari motor terlebih dahulu agar pengendara motor tidak sulit menjaga keseimbangannya di jembatan gantung. Setelah melewati pemukiman yang padat, akhirnya kami melihat pantai. Agak sulit meraihnya karena jalanan pasir yang harus dilalui motor sangat licin.
Akhirnya kami tiba ditujukan akhir yaitu Pantai Sawarna (yey!). Pantai Sawarna ini belum terjamah banyak orang, tak seperti Pantai Pangandaran yang kalau musim liburan penuhnya naudzubillah. Selain itu, pantai ini juga terkenal dengan ombaknya yang besar dan menantang bagi peselancar. Pantainya masih biru jernih dengan pasir putih yang menghampar luas. Hati-hati dengan batu karang yang cukup banyak dan tajam. Setelah kami memilih spot untuk meletakkan barang-barang di pinggir pantai, akhirnya kami bisa bermain (yey lagi!).
Setelah selesai bermain, kami mampir ke objek wisata Pantai Tanjung Layar yang tak jauh dari Pantai Sawarna dan makan siang. Oh iya, Danang dan Kanty pulang terlebih dahulu ketika kami masih bermain karena ada acara keluarga yang penting. Ketika perjalanan pergi menuju Sawarna tadi kami memilih jalur barat, untuk perjalanan pulang, kami mencoba jalur timur yang biasa dilalui oleh mobil. Harapannya adalah bahwa jalur ini lebih 'ramah'. Kali ini aku dibonceng oleh Tono, dan baru saja perjalanan pulang dimulai, kami sudah harus berhadapan dengan tanjakan curam. Ketika motor Tono mulai terasa berat untuk naik, aku sudah menawarkan diri untuk turun, tapi Tono tetap bersikeras dan akhirnya... *bruakk* *dukk*. Tono dan motornya terjatuh ke samping. Sementara aku terjatuh dan terhempas ke belakang. Sesungguhnya aku jatuh dengan lembut karena ranselku yang empuk mecium aspal lebih dahulu dan hanya tanganku yang tergores reflek menahan. Meski demikian, tetap saja adrenalinku meningkat dan membuat dag dig dug rasanya. Kemudian, aku dipindahkan ke motor Jamet.
Setelah melewati tanjakan pertama, kami diberitahu penduduk sekitar bahwa jalan di depan masih jauh lebih parah. Akhirnya kami memutuskan kembali ke jalur yang kami lewati ketika datang. Dengan catatan untuk setiap tanjakan, lebih baik penumpangnya turun dan jalan ke atas. Capek juga sih harus jalan menanjak begitu, tapi yah mau gimana lagi. Hujan turun, namun kami tetap melaju, meskipun pada akhirnya semakin lebat dan kami memutuskan untuk berteduh. Setelah itu kami ke Pantai Karang Hawu untuk ishoma sembari mencari penginapan untuk bermalam. Yudha dan pacarnya pamit untuk tidak bermalam dan langsung melanjutkan perjalanan ke Bandung.
![]() |
Bermain api unggun dan kembang api. |
Penginapan kali ini juga berada di kawasan Pelabuhan Ratu dan dekat dengan pantai. Kami menyewa 2 kamar, masing-masing untuk laki-laki dan perempuan. Kali ini giliran aku yang kena 'jackpot' dari warung nasi di dekat penginapan. Huft, tidak belajar dari pengalaman sebelumnya. Malam harinya, kami bermain di pinggir pantai, membuat api unggun kecil-kecilan, bermain kembang api, dan sedikit bersenda gurau.
Menjelang waktu tidur, aku baru menyadari bahwa pintu kamar perempuan tidak dapat terkunci dengan baik, kuncinya bermasalah. Kondisinya waktu itu kamar kami cukup berjauhan dengan kamar laki-laki, sementara lingkungan sekitar memang gelap. Di depan kamar kami ada saung-saung tempat 'ngopi' dan ada beberapa lelaki asing di sana. Sungguh suasana yang membuatku berpikir negatif. Aku gelisah dan meminta bantuan temanku yang laki-laki untuk memperbaiki kunci kamar kami, namun tidak bisa. Mereka menganggapnya enteng-enteng saja dan 'ya sudahlah', seperti tidak mengerti kekhawatiranku. Aku tak bisa tidur dan berupaya untuk mengganjal pintu dengan berbagai benda. Alhamdulillah, saat terbangun di pagi hari, tak ada sesuatu yang terjadi. Setelah berkemas, akhirnya kami melanjutkan perjalanan pulang ke Bandung dengan jalur yang sama, hanya saja melewati Padalarang, bukan Cililin.
Thank you. Perjalanan yang mengesankan, guys!
0 comments:
Post a Comment