Setelah jam 12 siang tiba, akhirnya saya, Shawny, dan Rafael akan segera melepaskan lelah di punggung ini. Kami bertiga pergi ke penginapan untuk check-in dan istirahat dengan menggunakan Trans Jogja. Kami menginap di Hotel Satya Graha Jl. Veteran dengan tarif Rp 210.000 satu kamar untuk 4 orang. Lumayan dengan fasilitas AC, air panas, dan sarapan untuk 2 orang. (Maaf lupa banget untuk foto penginapannya. Silahkan googling.)
Malam hari selepas Maghrib, rombongan Bandung sudah bergabung bersama kami di penginapan. Kami berencana untuk wisata kuliner dan main. Oh ya, ada yang hal yang luar biasa terjadi! Jam 4 sore tadi, ada seorang teman kami bernama Devy yang bertanya berapa harga tiket kereta dari Bandung ke Jogja. Awalnya dia berhalangan ikut, namun tiba-tiba bisa ikut dan mau ikut. Bahkan ketika jam 6, dia memberikan kabar kalau sudah di kereta! Benar-benar kami menyebutnya anak impulsif.
Setelah semua berkumpul, kami berangkat makan malam menuju House of Raminten. Kali ini dengan mobil sewaan. Katanya sih House of Raminten ini terkenal karena keunikannya. Benar saja. Ketika masuk, wangi kemenyan begitu pekat tercium memenuhi seluruh area restoran. Rasanya pusing. Para pelayannya menggunakan pakaian tradisional Jogja. Kemben dimana-mana. Kami menunggu cukup lama karena waiting listnya sangat banyak. Belum lagi karena jumlah kami 20 orang.
Akhirnya kami mendapatkan tempat lesehan dan memesan makanan. Nama di daftar menunya unik-unik dan aneh-aneh, namun harganya terbilang sangat terjangkau untuk restoran seterkenal ini. Saya hanya membayar Rp 21.000 untuk Nasi Ayam Kremes Geprek dan Es Teh Manis. Mungkin inilah Jogja!
![]() |
Mobil Hias di Alun-Alun Kidul Jogja |
Setelah nongkrong-nongkrong, menikmati degan, ngopi-ngopi, melihat beringin, dan memandangi mainan terbang kelap-kelip yang tak terbeli, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan masing-masing untuk beristirahat karena besok adalah the main event. Yeah!
Keesokan harinya, setelah bersiap-siap, kami berangkat menuju lokasi acara pernikahan teman kami, Titik. Lokasinya yaitu di Omah Kampung, Bantul. Tak begitu jauh dari kota. Ketika sampai, saya begitu takjub karena baru kali itu melihat langsung konsep pernikahan dengan adat Jogja. Bangunannya beruba pendopo, tetapi sudah dibuat lebih modern. Ketika datang, dari pintu masuk sampai ke dalam, kami disambut oleh keluarga dari mempelai pria dan wanita yang menyalami kami satu per satu dengan ramah. Lantunan gamelan jawa mengiringi prosesi resepsi, menambah kemegahan acara.
Mata kami kemudian tertuju pada pengantin di atas pelaminan. Titik dan suami mengenakan pakaian pengantin tradisional Jogja. Cantik sekali, tersenyum, menyalami satu-satu tamu yang mengucapkan selamat. Benar-benar bak raja dan ratu dalam sehari. Selamat Titik, partner TA tercinta, yang ternyata naik pelaminan terlebih dahulu. Semoga partnermu ini bisa segera menyusul. Eh, semoga Titik bersama suami menjadi keluarga sakinah, mawaddah, wa rohmah. Aamiin.
Setelah acara selesai, kami kembali ke penginapan untuk check-out. Kemudian membeli oleh-oleh, makan dawet durian, dan mencoba mie goreng pecel di Malioboro sembari menunggu waktu kepulangan. Dan Devy! Yang sebenarnya tadi selepas acara sudah di drop ke terminal bus untuk pulang, tetapi malah kembali lagi ke penginapan karena katanya waktu berangkatnya masih lama, dan sekarang membuat kita ngebut mengejar waktu karena dia baru mengingatkan kalau busnya berangkat 30 menit lagi. Luar biasa.
Maghrib pun tiba. Kami sudah masuk Stasiun Tugu Yogyakarta untuk menunggu kereta pulang. Sembari bersenda gurau, tak terasa kereta saya sudah datang dan akan berangkat jam 8 tepat. Kami pun berpisah dengan rombongan Bandung. Hu, sedih deh, kapan ya bisa main bareng lagi.
Kereta Taksaka Malam pun melaju menuju Stasiun Gambir, Jakarta. Meninggalkan salah satu kenangan manis di Jogja. Meski hanya 2 hari 1 malam, namun pengalaman memang tak terbayarkan. 2 hari 1 malam di Jogja bersama kalian, Arkasvarastra, memang tak pernah terasa sesingkat itu.
See you when I see you.
0 comments:
Post a Comment