Mau wisuda itu ternyata ribet (dan mahal), guys! Sudah dua minggu berlalu sejak wisuda, tapi saya ingin menuliskan ini untuk teman-teman, di ITB khususnya, yang berencana wisuda dalam waktu dekat atau hanya sekedar gambaran untuk nantinya. Siapa tahu bisa dipersiapkan dari jauh-jauh hari atau mungkin bisa ditekan pengeluarannya. That day is yours, jadi harus sedikit dipikirkan dengan baik :)
Sejujurnya untuk wisuda kemarin, saya tidak terlalu banyak persiapan. Lebih tepatnya, anaknya saja yang terlalu santai-santai, euforia pasca-penatnya-dunia-perkuliahan, tapi emaknya yang heboh mikirinnya. Cari-cari referensi pun minim dan hanya mengandalkan pengetahuan dasar tentang wisuda. Pada akhirnya, setelah tanya sana-sini dan mengeluarkan beberapa biaya, saya baru menyadari bahwa banyak yang seharusnya dipersiapkan dari jauh-jauh hari, baik soal pendanaan maupun urusan pesan-memesan.
Entah bagaimana dengan kampus lain, tetapi kurang lebih beginilah persiapan yang harus dilakukan untuk wisuda di ITB. Persiapan untuk serangkaian kegiatan wisuda, mulai dari syukuran, sidang terbuka, dan arak-arakan wisuda.
1. Persyaratan dan Pendaftaran Wisuda
Inilah hal pertama yang harus dipikirkan dan diurus, boleh lah kebaya wisuda. Sayang kan harus menunda wisuda karena tersangkut masalah persyaratan. Amit-amit. Ya, meskipun terkadang ada beberapa petugas TU yang berbaik hati memberikan kelonggaran waktu.
Setelah sidang yudisium tingkat fakultas dan dinyatakan lulus sarjana, biasanya pendaftaran dibuka 1 bulan sebelum wisuda. Persyaratannya kurang lebih keterangan bebas pinjam perpustakaan, penutupan rekening, KTM - KSM terakhir, dan membayar uang administrasi wisuda sebesar Rp 600 ribu. Huaahh, cukup besar juga. Biaya ini sudah termasuk untuk toga, konsumsi untuk 3 orang, percetakan undangan dan buku wisuda, biaya perawatan Sabuga, dll. Sebaiknya, dana untuk hal ini diutamakan terlebih dahulu.
2. Pakaian untuk Wisuda
Sesuai dengan aturan sidang terbuka wisuda, wisudawan pria menggunakan pakaian sipil lengkap alias setelan jas lengkap. Sedangkan untuk wisudawan wanita menggunakan pakaian nasional, biasanya kebaya. Kalau melihat teman saya yang pria, beberapa ada yang memang sudah punya jas, meminjam dari saudaranya, atau sewa. Kalau bikin, biayanya akan sangat mahal.
Untuk para wanita, kebaya wisuda biasanya menjadi hal yang paling dipikirkan. Bahkan ada salah satu teman saya yang sudah membuat kebaya wisudanya dari jaman masih mengerjakan Tugas Akhir. Sebagai motivasi katanya. Pikirkan baik-baik, apakah ingin membuat baru atau sewa di salon. Pertimbangkan juga biayanya. Syukur-syukur kalau memang sudah punya, atau pinjam punya saudara.
Sebagai gambaran, harga untuk sewa kebaya satu set sekitar Rp 150 - 250 ribu. Tergantung kualitas kebaya dan tempat penyewaannya. Saya sendiri lebih memilih untuk bikin. Berhubung memang belum punya kebaya (kapan lagi ada kesempatan untuk buat kebaya?) dan ingin kebaya yang pas di badan. Kalau ingin membuat kebaya sendiri, mulailah lakukan persiapan minimal dari sebulan sebelum wisuda. Buat kebaya nggak sebentar. Dimulai dari proses memilih kain di Pasar Baru - Bandung, pergi ke penjahit kenalan Ibu, hingga cari-cari kerudung dengan warna senada, kurang lebih menghabiskan biaya Rp 350 ribu.
Seiring dengan perkembangan jaman, ada alternatif lain untuk pakaian wisuda adalah dengan memakai dress resmi. Hal ini diperbolehkan kok asal memang formal dan layak. Beberapa teman saya juga memakainya saat wisuda dan tetap tampil cantik.
Jangan lupa soal sepatu! Sayang kalau udah pakai kebaya atau dress cantik tapi sepatunya nggak cantik. Pilihannya macam-macam mulai dari high heels, wedges, atau flat shoes juga bisa. Intinya pakai yang nyaman dipakai. Jangan paksakan pakai high heels kalau nggak lancar jalannya. Jangan sampai jatuh saat berjalan di depan podium ketika hendak salaman dengan rektor nanti. Untuk saya, pakai sepatu yang ada di rumah saja.
Tak hanya untuk para calon wisudawan, lho. Terkadang keluarga yang akan datang ke wisuda juga ingin tampil kece (nggak mau kalah!). Ibu saya termasuk yang keukeuh ingin pakai pakaian yang kompak. Alhasil, cari-cari pakaian berwarna sama di lemari dan beli beberapa pelengkap yang kurang. Beberapa keluarga mungkin ada yang sampai niat untuk jahit pakaian yang seragam untuk satu keluarga besar.
3. Make-Up Wisuda
Enaknya buat para pria adalah tidak perlu memikirkan yang satu ini. Lagi-lagi ini soal pilihan, mau make-up sendiri (sama mama sendiri atau tante mungkin), mau panggil make-up artist ke rumah, atau mau ke salon. Make-up sendiri tentu jelas lebih hemat. Kalau mau panggil make-up artist, cari-cari informasi orangnya. Untuk yang kost dekat kampus, bisa sekalian barengan sama teman agar lebih murah sewa orangnya.
Ibu saya hanya bisa make-up minimalis, jadi mau tak mau pakai jasa orang. Berhubung saya sudah nggak ngekos dan rumah saya di antah-berantah, tapi masih di Bandung juga, akhirnya memutuskan untuk pakai jasa make-up yang berada di perjalanan antara rumah dan Sabuga. Bingung juga mau make-up dimana. Cari-cari salon, tapi dapat yang kurang meyakinkan. Dapat info dari Mbak Ana, teman kantor Ibu, kalau dulu dia make-up di Shafira Buah Batu waktu wisuda. Wah, ternyata di tempat-tempat moslem fashion gitu juga bisa (maaf kartok).
Akhirnya, saya sudah pesan jasa make-up di Shafira sejak 3 minggu sebelum wisuda, tapi kontak lagi beberapa hari sebelum wisuda. Biayanya yaitu Rp 150 ribu untuk make-up dan hijab style.
Berhubung sudah hampir 900 kata dan masih panjang, to be continued ke Ribetnya Mau Wisuda (Part 2) ya :)
0 comments:
Post a Comment